20 February 2006

Materi Akhlaq

I. Definisi

Imam Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Mukhtashor Minhajul Qoshidiin bahwa akhlaq merupakan ungkapan tentang kondisi jiwa, yang begitu mudah menghasilkan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan, jika perbuatan itu baik maka disebut akhlaq yang baik, dan jika buruk maka disebut akhlaq yang buruk.

Misalnya, ketika kita jalan kaki kita tiba-tiba terantuk batu, kita kaget, kata pertama apa yang akan kita ucapkan waktu itu. Ucapan spontanitas yang terlontar dari mulut kita waktu itu menunjukkan akhlaq kita yang sesungguhnya. Jika ucapan yang terlontar secara spontanitas saat itu adalah berupa kalimat thoyyibah maka kita tergolong berakhlaq baik. Tapi jika yang terlontar adalah kata-kata kotor maka kita berakhlaq buruk.


II. Keutamaan Akhlaq Baik

· Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat ke-islam-an dan keimanan seseorang.

Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baiknya ke-islam-an manusia adalah yang paling baik akhlaqnya.

(HR Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la)

Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik akhlaqnya.

(Muttafaq ‘alaihi)

Sesungguhnya seseorang itu dengan sebab akhlaqnya yang baik, sungguh akan mencapai derajat orang yang sholat malam dan shaum di siang hari” (Hadits shohih riwayat Abu Daud dan Hakim)

Sesungguhnya seorang muslim yang dibimbing lurus (oleh Alloh) benar-benar akan mencapai derajat ahli shaum dan ahli ibadah (sholat) yang selalu melantunkan ayat-ayat Alloh disebabkan karakternya yang mulia dan akhlaqnya yang baik

(Hadits shohih riwayat Ahmad)

· Akhlaq yang mulia merupakan penyebab masuknya orang yang memiliki akhlaq yang mulia tersebut kedalam Jannah (surga).

Dari Abu Huroiroh Rodliyallohu ‘anhu bahwasannya Rosululloh Shollollohu ‘alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan banyak manusia yang masuk Jannah, maka beliau menjawab Takwa kepada Alloh dan akhlaq yang baik, beliau ditanya pula tentang penyebab yang menjadikan banyak manusia masuk neraka, maka beliau menjawab “mulut dan kemaluan.

(Diriwayatkan Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban (Mawarid), Al Baghowi (Ma’alim At Tanziil, dan Syarhu As Sunnah), Al Khoroithi (Makarimul Akhlaq hal. 10), dan Bukhori (Al Adab Al Mufrod, 442).

· Akhlaq yang mulia merupakan penyebab seorang hamba dicintai Alloh dan Rosul Nya

Hamba-hamba Alloh yang paling dicintai-Nya adalah yang paling baik akhlaqnya diantara mereka.

(Hadits riwayat Thabrani dan Hakim)

Sesungguhnya yang paling aku cintai diantara kalian dan yang paling dekat dengan majelisnya dariku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya diantara kalian.

(Hadits riwayat Tirmidzi dan Imam Ahmad)

· Akhlaq yang mulia menjadikan rumah makmur

“Akhlaq yang baik dan bertetangga yang baik, keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur”

(Hadits shohih riwayat Ahmad)


III. Faktor-faktor Pembentuk Akhlaq

1. Faktor Genetik/Bawaan

Misalnya seseorang mempunyai orang tua yang bersifat pemarah. Maka kemungkinan besar anaknya akan menuruni sifat bawaan tersebut.

2. Faktor Psikologis

Faktor ini dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ayah dan ibu), tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam fitrah, orang tua nyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.

Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orang tuanya bercerai akan berbeda dengan seseorang yang lahir dalam keluarga yang orang tuanya lengkap.

3. Faktor Sosial atau Lingkungan

Faktor ini merupakan salah satu yang pengaruhnya besar terhadapa akhlaq dan kepribadian seseorang. Jika Ia banyak bergaul dengan orang-orang yang akhlaqnya baik, insya Allah Ia akan mempunyai akhlaq baik pula.

“Sesungguhnya perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk itu bagaikan pembawa kasturi dan peniup api. Maka pembawa kasturi adakalanya memberi kepadamu, atau kamu membeli kepadanya, atau kamu mendapat bau harum daripadanya. Adapun peniup api, kalau tidak terbakar pakaianmu kau akan mendapat bau tak sedap daripadanya.”

(HR Bukhari, Muslim)


IV. Hubungan akhlaq dengan pemahaman terhadap Islam dan nilai-nilainya

Hubungan akhlaq terhadap pemahaman Islam dan nilai-nilainya, dapat dibagi menjadi beberapa hal sbb :

1. Orang yang belum tahu tentang Islam dan nilai-nilainya, sehingga menyebabkan dirinya mempunyai akhlaq yang buruk.

2. Orang yang paham terhadap Islam dan nilai-nilainya tetapi dirinya belum mengetahui hikmah dari hal tersebut, sehingga dirinya cenderung berakhlaq buruk.

3. Orang yang paham terhadap Islam dan nilai-nilainya tetapi tidak mau tahu dan acuh sehingga dia berakhlaq buruk.

4. Orang yang paham terhadap Islam dan nilai-nilainya, tetapi dia memahaminya hal tersebut sebagai nilai-nilai kemanusiaan belaka sehingga kebaikan akhlaqnya tidak bernilai dihadapan Allah.

Mari kita uraiakan satu persatu dari point-point di atas :

1. Orang yang belum tahu tentang Islam dan nilai-nilainya, sehingga menyebabkan dirinya mempunyai akhlaq yang buruk.

Contoh dari hal ini adalah kaum di suku pedalaman yang belum pernah mendapat dakwah Islam. Mereka akan berakhlaq sesuai dengan naluri mereka saja. Misal pakaian yang mereka pakai hanya digunakan untuk melindungi mereka dari pengaruh alam. Mereka belum mengetahui konsep aurat dalam Islam. Sehingga dari sudut pandang orang yang mengetahui konsep aurat dalam Islam akan berpandangan bahwa mereka berakhlaq buruk soal pakaian.

Contoh lain adalah ketika orang belum mengetahui konsep mahram, konsep pergaulan dengan lawan jenis. Dalam Islam seorang laki-laki dan perempuan dilarang saling bersentuhan jika mereka bukan mahram. Batasan mahram ada dalam QS An Nisaa : 23,

“ Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudara-saudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

[281] maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.

Dan larangan bersentuhan dengan yang bukan mahram ada dalam hadist :

“Adalah lebih baik bagi seseorang untuk ditusuk tangannya dengan jarum besi daripada ia harus menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”

(HR Thabrani dan Baihaqi)


2. Orang yang paham terhadap Islam dan nilai-nilainya tetapi dirinya belum mengetahui hikmah dari hal tersebut, sehingga dirinya cenderung berakhlaq buruk.

Seseorang sebenarnya mengetahui bahwa jika bertemu dengan muslim lain disunnah untuk saling mengucapkan salam sebagaimana firman Allah dalam QS An Nisaa :86

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”

[327] penghormatan dalam Islam ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum.

tetapi dia tidak mengetahui bahwa ada hikmah yang besar dibalik perintah tersebut terdapat hikmah yang besar, yaitu :

  • Dengan mengucapkan salam, hakekatnya kita juga mendoakan diri sendiri. Kalimat Assalamu’alikum yang artinya semoga keselamatan dan kesejahteraan terlimpahkan atas kalian. Akan dijawab dengan wa’alikum salam yang artinya dan semoga keselamatan dan kesejahteraan atas kamu juga.
  • Dengan mengucapkan salam maka akan menimbulkan kasih sayang

Dan Sabda Rosulullah dari Abu Hurairah :

“Kamu tidak akan masuk sorga hingga beriman, dan kamu tidak beriman hingga berkasih sayang terhadap sesama. Sukakah aku tunjukkan sesuatu jika kamu kerjakan akan timbul kasih sayang di antara kamu. Sebarkanlah salam di antara kamu.” (HR Muslim)


3. Orang yang paham terhadap Islam dan nilai-nilainya tetapi tidak mau tahu dan acuh sehingga dia berakhlaq buruk.

Hal ini sangat merugikan, baik diri sendiri maupun orang lain. Orang paham bahwa merokok itu hal yang sia-sia dalam Islam bahkan ada yang sampai mengharamkannya. Dia juga tahu kalau merokok membahayakan kesehatan, tapi karena dia tidak mau tahu maka dia mengacuhkan hal tersebut dia merokok seenaknya tanpa memperdulikan diri sendiri dan orang lain. Padahal hal tersebut mendzolimi diri sendiri dan orang lain.

Contoh lain, Seseorang yang mengetahui bahwa menutup aurat itu wajib bagi setiap muslim, dan dia tahu manfaatnya jika menutup aurat, antara lain, lebih menjaga kehormatan diri, tidak mudah diganggu orang, dll. Tapi dengan alasan kepuasan, gila sanjungan, profesi dll, dia mengacuhkan kewajiban itu

4. Orang yang paham terhadap Islam dan nilai-nilainya, tetapi dia memahaminya hal tersebut sebagai nilai-nilai kemanusiaan belaka sehingga kebaikan akhlaqnya tidak bernilai dihadapan Allah.

Ini berlaku untuk orang-orang kafir yang akhlaqnya baik. Dia baik terhadap teman, baik terhadap tetangganya, murah senyum, dermawan tapi dia tetap dalam kekafirannya, tidak menyembah Allah. Maka kebaikan akhlaqnya tidak bernilai pahala di hadapan Allah. Sebagaimana firman Allah QS. Ali ‘Imron 21:22

21. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, Maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih.”

22. “Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong.”

QS Al Maidah : 5

“Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan[402] diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman (Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi.”

[402] ada yang mengatakan wanita-wanita yang merdeka.

QS Al A’raaf : 147

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang Telah mereka kerjakan.”

16 February 2006

TAUHIDULLAH

I. Definisi

Tauhidullah adalah : mengesakan Allah SWT, beribadah, memohon, tunduk hanya pada Allah SWT.

II. Macam-macam Tauhid

1. Tauhid Rububiyah

Adalah : Meyakini bahwa, tidak ada pencipta dan tidak ada pemberi rizqi, tidak ada penguasa alam selain Allah.

Firman Allah : Q.S Al Baqoroh : 21-22

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”


Firman Allah : Q.S Al Baqoroh : 284

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”


2. Tauhid Uluhiyah

Adalah : Meyakini Allah sebagai satu-satunya sembahan, tujuan hidup, dan beribadah hanya kepada Nya.

Firman Allah : Q.S Al Anbiya : 25

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".

3. Tauhid Asma’ wa Sifat

Adalah : beriman terhadap segala apa yang terkandung dalam Al-Qur'anul Karim dan hadits shahih tentang sifat-sifat Allah dan tidak ada yang menyerupai dengan-Nya.

Firman Allah : Q.S As Syuura : 11

(dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.

III. Keutamaan Tauhid

Firman Allah : Q.S Al An’am : 82

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Sabda Rosulullah :

Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah 'Laa Ilaaha Illallah'dan cabang paling rendah adalah menyingkirkan kotoran dari jalan." (HR. Muslim)

Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, dan Muhammad adalah hamba dan utusanNya, dan kalimatNya yang disampaikanNya kepada Maryam serta ruh daripadaNya, dan (bersaksi pula bahwa) Surga adalah benar adanya dan Neraka pun benar adanya maka Allah pasti memasukkannya ke dalam Surga, apapun amal yang diperbuatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau ketika menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu sedikitpun, niscaya Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula. (HR. At-Tirmidzi dan Adh-Dhayya', hadits hasan)

Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, niscaya akan masuk Surga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik kepada Allah, niscaya akan masuk Neraka.

(HR. Muslim)


·
Tauhid adalah inti da’wah ajaran para Rosul

Firman Allah : Q.S An Nahl : 36

Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Ibnul Qayyim berkata, “Thaghut adalah suatu keadaan yang melebihi batasan-batasan seorang hamba, seperti diibadahi, diikuti atau ditaaati (dalam hal yang melanggar syariat)


· Memerdekakan manusia dari perbudakan dan tunduk kepada selain Allah.

Semua makhluk adalah ciptaan Allah. Mereka tidak kuasa untuk menciptakan, bahkan keberadaan mereka karena diciptakan. Mereka tidak bisa memberi manfaat atau bahaya kepada dirinya sendiri. Tidak mampu mematikan, menghidupkan atau membangkitkan.

Tauhid memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada Tuhan yang menciptakan dan membuat dirinya dalam bentuk yang sempurna. Memerdekakan hati dari tunduk, menyerah dan menghinakan diri. Memerdekakan hidup dari kekuasaan para Fir'aun, pendeta dan dukun yang menuhankan diri atas hamba-hamba Allah.

Karena itu, para pembesar kaum musyrikin dan thaghut-thaghut jahiliyah menentang keras dakwah para nabi, khususnya dakwah Rasulullah. Sebab mereka mengetahui makna laa ilaaha illallah sebagai suatu permakluman umum bagi kemerdekaan manusia. Ia akan menggulingkan para penguasa yang zhalim dan angkuh dari singgasana dustanya, serta meninggikan derajat orang-orang beriman yang tidak bersujud kecuali kepada Tuhan semesta alam.

· Membentuk Kepribadian Yang Kokoh

Tauhid membantu dalam pembentukan kepribadian yang kokoh. Ia menjadikan hidup dan pengalaman seorang ahli tauhid begitu istimewa. Arah hidupnya jelas, tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya kepada Allah. KepadaNya ia menghadap, baik dalam kesendirian atau ditengah keramaian orang. Ia berdo'a kepadaNya dalam keadaan sempit atau lapang.

Berbeda dengan seorang musyrik yang hatinya terbagi-bagi untuk tuhan-tuhan dan sesembahan yang banyak. Suatu saat ia menghadap dan menyembah kepada orang hidup, pada saat lain ia menghadap kepada orang yang mati. Sehubungan dengan ini, Nabi Yusuf berkata:

"Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?"

(Yusuf: 39)

Orang mukmin menyembah satu Tuhan. Ia mengetahui apa yang membuatNya ridha dan murka. Ia akan melakukan apa yang membuatNya ridha, sehingga hatinya tenteram. Adapun orang musyrik, ia menyembah tuhan-tuhan yang banyak. Tuhan ini menginginkannya ke kanan, sedang tuhan lainnya menginginkannya ke kiri. Ia terombang-ambing di antara tuhan-tuhan itu, tidak memiliki prinsip dan ketetapan.

· Sumber Keamanan Manusia

Sebab tauhid memenuhi hati para ahlinya dengan keamanan dan ketenangan. Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah. Tauhid menutup rapat celah-celah kekhawatiran terhadap rizki, jiwa dan keluarga. Ketakutan terhadap manusia, jin, kematian dan lainnya menjadi sirna. Seorang mukmin yang mengesakan Allah hanya takut kepada satu, yaitu Allah. Karena itu, ia merasa aman ketika manusia ketakutan, serta merasa tenang ketika mereka kalut. Hal itu diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam firmanNya:

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-An'am: 82)

Keamaan ini bersumber dari dalam jiwa, bukan oleh penjaga-penjaga polisi atau pihak keamanan lainnya. Dan keamanan yang dimaksud adalah keamanan dunia. Adapun keamanan akhirat maka lebih besar dan lebih abadi mereka rasakan. Yang demikian itu mereka peroleh, sebab mereka mengesakan Allah, mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dan tidak mencam-puradukkan tauhid mereka dengan syirik, karena mereka mengetahui, syirik adalah kazhaliman yang besar.

  • Sumber Kekuatan Jiwa

Tauhid memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya, karena jiwanya penuh harap kepada Allah, percaya dan tawakkal kepadaNya, ridha atas qadar (ketentuan)Nya, sabar atas musibahNya, serta sama sekali tak mengharap sesuatu kepada makhluk. Ia hanya menghadap dan meminta kepadaNya. Jiwanya kokoh seperti gunung. Bila datang musibah ia segera mengharap kepada Allah agar dibebaskan darinya. Ia tidak meminta kepada orang-orang mati. Syi'ar dan semboyannya adalah sabda Rasulullah:

"Bila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan bila kamu memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi)

Dan firman Allah : QS Al An’am : 17

Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan dia sendiri. dan jika dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

· Melapangkan Kehidupan

Seseorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang walau bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia orang miskin, ia bersabar, sebab ia tahu bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan abadi,muara segala kenikmatan. Seandainya ia kaya, ia akan bersyukur, sebab harta yang ada padanya hanyalah titipan dari Allah swt.

Sabda Rosulullah saw :

“Amat mengherankan terhadap urusan orang mukmin, dan tidak terdapat kecuali pada orang mukmin. Bila ditimpa musibah ia sabar, bila diberi nikmat ia bersyukur” (HR Muslim)

Lain halnya dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Ia akan merasakan kehidupan dunia ini sempit bagaimanapun keadaannya.

Firman Allah QS Ath Thaaha : 124

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.

V. Bukti-bukti Eksistensi Allah

1. Dalil Fitrah

QS Al A’raf : 172

øDan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)"

QS Al Ankabut : 61

Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).

2. Dalil Sejarah

QS Ali ‘imron : 137

Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

[230] yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul.

QS Al A’raf : 176

Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

3. Dalil Aqli (Akal / Rasional)

· Fenomena Terjadinya Alam

Setiap sesuatu yang ada pasti ada yang mengadakan, begitu pula dengan alam semesta ini. Lihatlah gunung yang kokoh berdiri, aliran sungai yang kesemuanya bermuara ke laut, langit yang tegak tanpa tiang, planet yang beredar penuh denga keteraturan.

QS Ath Thuur : 35-36

35. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?

36. Ataukah mereka Telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).

· Fenomena Kehendak yang tinggi

Apakah kita dapat membayangkan andai saja di atas lapis permukaan bumi tidak terdapat lapisan ozon yang melindungi dari sengatan ultraviolet matahari, melindungi dari jatuhnya benda-benda langit yang tidak terhitung jumlahnya. Lalu apakah hal itu terjadi begitu saja?

QS Ali ‘imron : 190

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

· Fenomena Petunjuk dan Ilham

Hal apakah yang mendorong ikan salmon berenang melawan arus sungai untuk kembali ke tempat asal mereka dilahirkan? Bagaimana mereka tahu jalan yang harus dilalui sepanjang puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan meter. Bagaimana caranya seekor lebah yang keluar dari saranganya untuk mencari makanan begitu jauh terbang dari sarangnya tapi dapat kembali ke tempatnya semula tanpa tersesat?

QS Thahaa : 50

Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang Telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, Kemudian memberinya petunjuk[925].

[925] Maksudnya: memberikan akal, instink (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan hidupnya masing-masing.

· Fenomena Terkabulnya Doa

Manusia yang penuh kelemahan akan menemui saat-saat dimana ia tidak mungkin bergantung pada siapa pun kecuali Allah. Baik muslim maupun kafir, ketika menghadapi bahaya, pasti ia akan berdoa. Saat doa dikabulkan, adalah saat seharusnya manusia merenungkan siapa yang mendengarkan doa dan mengabulkannya.

QS Al Isra’ : 67

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.

QS Yunus : 22-23

22. Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka Telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, Pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur".

23. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, Kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu kami kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

Dengan dalil-dalil yang telah diungkapkan di atas, seharusnya manusia beriman kepada Allah swt. Sayang sekali banyak dari mereka yang karena mengandalkan akal yang terbatas, merasa sombong, dan mengingkari Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 13-19 :

13. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain Telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu Telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.

14. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."

15. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.

16. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.

18. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar),

19. Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.

Referensi :

Said Hawwa, Al Islam, GIP, 2004
Novi Hardian & Tim Ilna Yosen (Youth Center), Super Mentoring, Syamill, 2003
Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah, Media Insani, 2005
Khalid As Sa’d, Kumpulan Khutbah Syaikh Al Qardhawi, Al Kautsar, 1998
Sumber-sumber dari internet

08 February 2006

Mengapa Doa Tidak Dikabulkan

Pada suatu hari Sayidina Ali Karamallaahu Wajhah, berkhutbah di hadapan kaum Muslimin. Ketika beliau hendak mengakhiri khutbahnya, tiba-tiba berdirilah seseorang ditengah-tengah jamaah sambil berkata, “Ya Amirul Mu’minin, mengapa do’a kami tidak diijabah? Padahal Allah berfirman dalam Al Qur’an, “Ud’uuni astajiblakum” (berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu).

Sayidina Ali menjawab, “Sesungguhnya hatimu telah berkhianat kepada Allah dengan delapan hal, yaitu :

Engkau beriman kepada Allah, mengetahui Allah, tetapi tidak melaksanakan kewajibanmu kepada-Nya. Maka, tidak ada mamfaatnya keimananmu itu.

Engkau mengatakan beriman kepada Rasul-Nya, tetapi engkau menentang sunnahnya dan mematikan syari’atnya. Maka, apalagi buah dari keimananmu itu?

Engkau membaca Al Qur’an yang diturunkan melalui Rasul-Nya, tetapi tidak kau amalkan.

Engkau berkata, “Sami’na wa aththa’na (Kami mendengar dan kami patuh), tetapi kau tentang ayat-ayatnya.

Engkau menginginkan syurga, tetapi setiap waktu melakukan hal-hal yang dapat menjauhkanmu dari syurga. Maka, mana bukti keinginanmu itu?

Setiap saat sengkau merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah, tetapi tetap engkau tidak bersyukur kepada-Nya.

Allah memerintahkanmu agar memusuhi syetan seraya berkata, “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh bagi(mu) karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yang nyala-nyala” (QS. Al Faathir [35] : 6). Tetapi kau musuhi syetan dan bersahabat dengannya.

Engkau jadikan cacat atau kejelekkan orang lain di depan mata, tetapi kau sendiri orang yang sebenarnya lebih berhak dicela daripada dia.

Nah, bagaimana mungkin do’amu diterima, padahal engkau telah menutup seluruh pintu dan jalan do’a tersebut. Bertaqwalah kepada Allah, shalihkan amalmu, bersihkan batinmu, dan lakukan amar ma’ruf nahi munkar. Nanti Allah akan mengijabah do’amu itu.

***

Dalam riwayat lain, ada seorang laki-laki dating kepada Imam Ja’far Ash Shiddiq, lalu berkata,Ada dua ayat dalam Al Qur’an yang aku paham apa maksudmu?”

“Bagaimana dua bunyi ayat itu?” Tanya Imam Ja’far. Yang pertama berbunyi “Ud’uuni astajib lakum” (Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan Ku perkenankan bagimu), (QS. Al Mu’min [40] : 60). Lalu aku berdo’a dan aku tidak melihat do’aku diijabah,” ujarnya.

"Apakah engkau berpikir bahwa Allah akan melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far.

"Tidak," jawab orang itu.

"Lalu ayat yang kedua apa?" Tanya Imam Ja'far lagi.

"Ayat yang kedua berbunyi "Wamaa anfaqtum min syai in fahuwa yukhlifuhuu, wahuwa khairun raaziqin" (Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rizki yang sebaik-baiknya), (QS. Saba [34] : 39). Aku telah berinfak tetapi aku tidak melihat penggantinya," ujarnya.

"Apakah kamu berpikir Allah melanggar janji-Nya?" tanya Imam Ja'far lagi.

"Tidak," jawabnya.

"Lalu mengapa?" Tanya imam Ja'far.

"Aku tidak tahu," jawabnya.

Imam Ja'far kemudian menjelaskan, "Akan kukabarkan kepadamu, Insya Allah seandainya engkau menaati Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepadamu, kemudian engkau berdo'a kepada-Nya, maka Allah akan mengijabah do'amu. Adapun engkau berinfak tidak melihat hasilnya, kalau engkau mencari harta yang halal, kemudian engkau infakkan harta itu di jalan yang benar, maka tidaklah infak satu dirham pun, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih banyak. Kalau engkau berdo'a kepada Allah, maka berdo'alah kepada-Nya dengan Jihad Do'a. Tentu Alah akan menjawab do'amu walaupun engkau orang yang berdosa."

"Apa yang dimaksud Jihad Do'a?" sela orang itu.

Apabila engkau melakukan yang fardhu maka agungkanlah Allah dan limpahkanlah Dia atas segala apa yang telah ditentukan-Nya bagimu. Kemudian, bacalah shalawat kepada Nabi SAW dan bersungguh-sungguh dalam membacanya. Sampaikan pula salam kepada imammu yang memberi petunjuk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi, kenanglah nikmat Allah yang telah dicurahkan-Nya kepadamu. Lalu bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah engkau peroleh.

Kemudian engkau ingat-ingat sekarang dosa-dosamu satu demi satu kalau bisa. Akuilah dosa itu dihadapan Allah. Akuilah apa yang engkau ingat dan minta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang tak kau ingat. Bertaubatlah kepada Allah dari seluruh maksiat yang kau perbuat dan niatkan bahwa engkau tidak akan kembali melakukannya. Beristighfarlah dengan seluruh penyesalan dengan penuh keikhlasan serta rasa takut tetapi juga dipenuhi harapan.

Kemudian bacalah, "Ya Allah, aku memnita maaf kepada-Mu atas seluruh dosaku. Aku meminta ampun dan taubat kepada-Mu. Bantulah aku untuk mentaati-Mu dan bimbinglah aku untuk melakukan apa yang Engkau wajibkan kepadaku segala hal yang engkau rdhai. Karena aku tidak melihat seseorang bisa menaklukkan kekuatan kepada-Mu, kecuali dengan kenikmatan yang Engkau berikan. Setelah itu, ucapkanlah hajatmu. Aku berharap Allah tidak akan menyiakan do'amu," papar Imam Ja'far.

Self Management Check List

1. Specify a clear cut goal you want to accomplish. And be very specific. Like I'll write for four hours a day, or run three miles, or do 30 push ups, or can 24 quarts of tomatoes, or spend an hour crocheting.

2. Specify when you'll do it. Like everyday, Monday through Friday, or every morning, seven days a week, or at 10:00 am on Thursday.

3. Record your hit rate. Make a record of your successes and your failures, like a graph of the numbers of hours per day or a note on your calendar of the number of miles run each day.

4. Make a public commitment. Tell someone what your goals and your deadline are. And even ask them to check on you to see if you got it done. That's a subtle way of arranging for a little mild social reward or punishment, approval or disapproval, depending on whether you get the job done. No big deal, but it helps.

5. Add an explicit penalty for failure, if you need to. Tell your monitor you'll pay them a quarter or a dollar or take them out to lunch for each of your failures. But keep the penalty small, almost at a joke level, otherwise everyone will start getting uptight, and you're liable to fib a bit.

6. Think small. Don't try to make up for your past sins in a single day. If you've got a hundred letters to write, don't contact to do them all right away. A postcard a day may be infinitely better than you're doing now. Going for too much too soon is why many people fail at self-management. That's a big one so watch out for it.

7. Specify the amount of product you're going to produce. If simply specifying the amount of time you're going to log in doesn't do the trick, in other words, if you just sit there goofing off, specify the number of rows you're going to knit, the number of pages you're going to read, or whatever.

8. Get a timer that beeps every five minutes and chart whether you're on task, if you find yourself drifting off too much. This is especially good when you might have trouble measuring the amount of the product. Like when you're doing spring cleaning, but may get distracted too easily by Better Homes and Gardens.

9. Arrange for regular contact with your monitor, daily or weekly as needed. This is another one of those week points in the system. It helps to put your self-management project on the agenda with someone you meet with regularly and formally, a superior, a peer, or a sub-ordinate -- it doesn't matter.

10. Arrange for your friend to monitor your graphing as well as your goal attainment. I think it's important to keep a good record of your performance so you'll be motivated not to mess up that pretty record, but you might also need to contract your charting, or that charting may fall out.

11. "Put Satan behind you." Get rid of distractions. Try to do your work when and where no one can bother you. Watch out for that phone. And we can blow a whole morning sorting through our junk mail and new magazines. Get as many tempting distractions out of your work environment as possible. Put the axe to the TV set.

12. Recycle. Your self-management project may not work the first time you try it. And it will certainly fall apart from time to time, so be prepared with some scotch tape and bubble gum to put it back together again. Remember, you do not demean yourself by using these explicit self-management techniques. Use them and you'll be in the company of some of the world's most productive people.

Mengenal Diri Sendiri

SIAPAKAH ANDA SEBENARNYA? Sebuah pertanyaan singkat yang banyak diremehkan orang. Seseorang akan cenderung menjawab dengan kalimat singkat sesingkat pertanyaannya. “Saya adalah seorang pekerja, saya adalah seorang laki-laki, saya adalah ……” dan banyak contoh jawaban yang akan terlontar dengan nada yang hampir sama yaitu hanya mengungkapkan ciri-ciri lahiriah saja, ciri-ciri yang tampak oleh mata.

Maksud dari pengenalan diri sendiri sebenarnya mempunyai makna yang dalam dan luas, mempunyai segi-segi yang perlu dikenali dan direnungkan secara seksama. Segi-segi atau hal-hal yang harus kita kenali dan direnungkan agar kita bisa mengenal diri kita adalah :

1. Kedudukan Diri Seseorang Di Hadapan Allah

Sesuai dengan hakikat penciptaan manusia bahwa manusia dilahirkan di muka bumi ini adalah untuk beribadah,mengabdi kepada Sang Khaliq, Allah swt. Inilah hal pertama yang harus kita kenal pada diri kita sebab semua kunci diri manusia, baik buruknya ada di tangan-Nya. Jika Allah memandang baik seorang hamba maka pandangan sesama makhluk akan baik pula, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu coba renungkan dan intospeksi diri bagaimana kedudukan kita di hadapan Allah. Memang hal itu adalah hal gaib, tapi paling tidak kita bisa merasakan seberapa dekat kita dengan Allah dengan melihat : Seajauh mana kita telah beribadah ditinjau dari kualitas dan kuantitasnya, fenomena terkabul tidaknya doa, semangat untuk mendalami ilmu agama, keikhlasan untuk mengorbankan waktu, tenaga, harta bahkan nyawa untuk tegaknya dienul Islam.

· Sebaik-baiknya orang di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. (Al Quran)

· Jika Allah menghendaki kabaikan pada diri seseorang maka Allah akan memberikan kepahaman terhadap agama. (Al Hadist)

Fitrah yang ada pada diri manusia adalah manusia diciptakan dalam keadaan suci tanpa membawa dosa keturunan. Dan seharusnya hal itulah yang seharusnya dipertahankan di hadapan penciptanya yaitu menjaga diri agar tetap suci dengan tidak mengerjakan dosa dan kemaksiatan dan dengan selalu memperbaharui tobat kepada Allah swt agar kedudukan di hadapan Nya tetap mulia, sampai-sampai lebih mulia dari para malaikat, dan jangan sampai meletakkan diri kita lebih rendah dibanding hewan ternak karena kita tidak bisa menjaga kesucian fitrah sebagai manusia.

2. Kedudukan Diri Di Mata Sesama Manusia

Manusia selain sebagai makhluk individu adalah juga sebagai makhluk sosial. Manusia tak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dia akan selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan masyarakat. Melihat begitu pentingnya masyarakat atau orang lain maka seorang individu harus bisa menempatkan diri di dalam masyarakat. Kemulian akhlaq, kepandaian seseorang menempatkan diri menjadikan dirinya mempunyai harga di mata orang lain, sehingga seseorang akan dihargai dan dibutuhkan di mata masyarakat atau minimal tidak mendapat predikat buruk.

· Masyarakat mempunyai hukum tidak tertulis yang terkadang lebih kejam dari hukum tertulis.

· Kepribadian seseorang dapat diketahui dengan melihat siapa teman akrabnya.

Oleh karena itu hal-hal di bawah ini harus diperhatikan dalam pengenalan diri

1. Apa hakikat penciptaan jin dan manusia ? (Adz Dzariat : 56)

2. Apa saja kewajiban manusia kepada Penciptanya ?

3. Apakah manusia bisa hidup sendiri ?

4. Apa kewajiban manusia kepada Penciptanya yang berhubungan dengan sesama manusia ?

Menejemen Dakwah

Beberapa hal yang menjadi faktor keberhasilan dalam dakwah :

  1. Adanya rencana, program, sasaran dan target

Dari siroh nabawiyah dapat diketahui bahwa rencana, program, sasaran dan target diperintahkan Allah kepada Rosulullah dalam wujud wahyu baik secara langsung maupun tidak langsung

  1. Keteladanan – Komitmen Dai atau Pemimpin

Apa yang diucapkannya berupa nasehat/bimbingan kepada obyek dakwah, maka dialah yang pertama kali harus melaksanakan.

Rosulullah adalah suri tauladan bagi kita semua.Beliau adalah manusia yang paling sempurna akhlaqnya sampai-sampai Allah sendiri memujinya di dalam Al Quran. Beliau adalah orang yang pertama kali melakukan apa yang diperintahkan atau dinasehatkan kepada keluarga atau sahabat-sahabatnya.

  1. Membuat atau menetapkan sarana atau cara yang dapat mengikat hati obyek dakwah dengan memanfaatkan unsur-unsur perasaan / emosional menggunakan fungsi-fungsi organisasi. Contoh yang diberikan Rosulullah : setiap selasai sholat berjamaah bersama para sahabat Beliau selalu mengabsen para sahabat yang biasa datang sholat berjamaah. Jika ada sahabat yang tidak hadir maka Beliau akan menanyakan kenapa? Dan bila ia sakit maka beliau menjenguknya.

  1. Mengetahui, memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada obyek dakwah.

Jangan memaksakan kehendak menurut gambaran idealisme yang menurut kita sangat bagus. Ketika Umar Bin Khattab masuk Islam, Rosulullah mengetahui bahwa Umar adalah seorang jagoan berkelahi, maka ketika saat perang datang maka Umar dijadikan salah satu pemimpin pasukan kaum muslimin.

  1. Melakukan penataan, mengkoordinasi potensi-potensi.

sehingga seseorang diberi atau ditempatkan pada amanah yang sesuai dengan kapasitasnya.

  1. Menginterospeksi diri / mengadakan evaluasi terhadap rencana / program yang dilakukan

Sebagaimana yang Rosullah lakukan ketika beliau bermuhasabah diri ketika ternyata dakwah yang disamapaikan tidak disambut dengan baik oleh penduduk Mekkah. Beliau mengadukannya kepada Allah sebagai pembuat rencana, maka Allah pun berfirman : “Janganlah kamu sedih terhadap kekafiran mereka, sesungguhnya tugas mu hanya menyampaikan.”

Di Balik Keterbelakanga Umat

Rosulullah pernah meramalkan bahwa umat Islam kelak akan menjadi santapan musuh-musuhnya ketika umat Islam telah diserang penyakit Wahn (kelemahan) yaitu ;

Ø Hubbud dunya (terlalu cinta dunia)

Ø Karihiyyatul maut (terlalu takut mati)

Karena penyakit wahn itu umat Islam mulai menjauhi agama sehingga pemahaman terhadap agama pun menjadi minim,yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan pemahaman istilah-istilah dalam Islam.

Minimal ada tiga istilah yang dianggap sebagai sumber kekuatan dan sendi kebangkitan Islam, yaitu : ibadah, amar ma’ruf nahi mun’kardan fardhu kifayah. Kesalahan pemahaman terhadap tiga hal ini menyebabkan umat Islam terbelakang.


1. Kesalahan Pemahaman Masalah Ibadah

Sekarang ini banyak kaum Muslim yang memahami makna ibadah hanya sebagai ibadah mahdah saja. Sehingga merasa dirinya telah menjadi Muslim yang paripurna jika telah menjalani rukun Islam yang lima saja. Atau merasa telah sempurna ke-Islaman-nya dengan cukup hanya berdzikir di masjid-masjid saja. Padahal disekitarnya masih banyak masyarakat miskin, bodoh, terdzolimi, bodoh, danbahkan dirinya bagian dari hal tersebut karenatidakmau berusaha memperbaiki dirinya sendiri.

Sesungguhnya konsep Islam tentang ibadah meliputi ibadah mahdoh dan ghairu mahdoh (ibadah khusus dan umum). Setiap perbuatan baik/mulia yang ditujukan untuk menggapai ridho Allah adalah ibadah.

Dalil-dalil yang menjadi dasar :

v Adz Zariyat : 56 à manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah.

v Hud : 61 à Manusia diciptakan untuk memakmurkan bumi

v Al Mulk : 15 & An Nahl : 20 à Alam ini diciptakan untuk manusia dan Allah menyeru untuk menelusurinya dan memakan rizki dari bumi.

v Al Baqoroh : 30 & As Shad : 26 à Allah menjadikan manusiauntuk menjadi khalifah di muka bumi.


2. Kesalahan Pemahaman Konsep Amar Ma’ruf dan Nahi Mun’kar

Menegakkan amar ma’ruf nahi mun’kar merupakan tugas pokok setiap rosul dan orang-orang sesudahnya. Saat ini tugas ini dipahami oleh sebagian besar masyarakat Muslim adalah tugas para kyai dan mubaligh saja atau tugas orang-orang yang kuliah di Fakultas Ilmu Agama Islam dan Pesantren. Hal ini menyebabkan sebagian kaum muslim berpikir bahwa dirinya adalah sebagai objek dakwah saja dan tidak berusaha untuk menjadi subjek yang melakukan perubahan dari buruk menjadi baik. Padahal jumlah muslim yang memperdalam ilmu-ilmu agama lebih sedikit dari masyarakat awam biasa. Kelemahan ini sangat dimanfaatkan oleh kaum kafir untuk memutarbalikan hukum syariat atau minimal membuat umat ini bingung. Sudah banyak lembaga-lembaga kaum kafir yang mendalami Agama Islam dengan tujuan yang tidak baik terhadap umat Islam. Sesungguhnya setiap kita adalah dai yang wajib untuk beramal ma’ruf nahi munkar.

Dalil-dalil yang menjadi dasar :

v Ali Imran : 104

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

v Al Ashr

v Al Baqarah : 159-160

v Al Maidah :105

v Al Maidah : 63

3. Kesalahan Pemahaman tentang Fardhu Kifayah

Kenyataan yang terjadi pada masyarakat muslim adalah pemahaman tentang fardhu kifayah yang terbatas pada hukum shalat jenazah saja. Padahal konsep fardhu kifayah lebih luas dari itu. Setiap aspek kehidupan yang tidak setiap orang bisa menguasainya menjadi fardhu kifayah atas suatu kelompok masyarakat tertentu. Seorang hakim, insinyur, arsitek muslim adalah fardhu kifayah bahkan menjadi fardhu ‘ain bila hanya ada satu orang saja yang menguasai aspek kehidupan tersebut. Kesalahan pemahaman terhadap hal ini menyebabkan kaum muslim berpikir bahwa sekolah atau pendidikan atau penguasaan terhadap ilmu pengetahuan tidak menjadi ladang amal untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Inilah yang menjadikan umat Muslim susah diajak untuk maju karena berkutat pada ibadah-ibadah yang bersifat khusus saja (mahdoh), sehingga kita mudah saja diperalat kaum kafir yang menguasai aspek-aspek kehidupan lain.