Bahagia sebenarnya selalu dekat dengan kehidupan manusia, tetapi banyak manusia yang justru menghindar dari bahagia, walaupun lisannya mengucap saya ingin bahagia, banyak tindakan manusia yang justru semakin menjauhkan dari bahagia. Misalnya, manusia tidak mau menerima keadaan dirinya. Akibatnya ia tertekan, stres dan menyalahkan Tuhan. Dengan tindakan ini, sudah pasti ia tidak akan bahagia, malah sebaliknya, sengsara. Untuk mendapat bahagia, kita tidak perlu mengaku-aku bahagia dilisannya tetapi dalam hatinya tetap saja mengeluh. Hal ini juga tetap menyengsarakan diri. Walaupun ada teori, ucapkanlah terus nanti akhirnya hati akan mengikuti. Tetapi hal tersebut tidak bisa berlaku umum. Sebab bahagia memang asalnya dari hati bukan dari mulut atau tampilan fisik semata Untuk mendapatkan kebahagiaan hakiki dan jangka panjang, kita harus bisa menemukan alasan kuat mengapa harus bahagia. Misal, saat kita sakit, kita akan bersabar, itu tindakan yang benar, tetapi apa cukup dengan bersabar...
Catatan online berbagai informasi terkini oleh Isparmo