Aliran Sesat Agama Islam, Mengapa Mudah Menyebar ?

Beberapa waktu terakhir ini kita sering mendengar tentang muncul dan menyebarnya aliran sesat di Indonesia. Beberapa di antaranya, yang terbaru Al Qiyadah Al Islamiyah pimpinan Musadeq, Komunitas Eden pimpinan Lia Aminuddin, Ahmadiyah yang dibuat oleh Mirza Ghulam Ahmad, Ingkar Sunnah, Syiah, dan Jaringan Islam Liberal. Kesesatan aliran-aliran itu telah ditegaskan dalam Fatwa MUI sehingga terlarang di Indonesia. Bahkan pengikut dan pencetusnya bisa di hukum karena melanggar pasal Penistaan dan Penodaan Agama.
Lalu mengapa aliran-aliran sesat itu mudah menyebar di Indonesia ?, berikut faktor-faktor penyebabnya :

1. Lemahnya keimanan/tauhid
Iman adalah pondasi paling dasar dalam Islam, jika imannya lemah maka bangunan Islam dalam diri seseorang akan mudah roboh. Rukun iman yang enam adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisah. Tidak boleh dikurangi atau ditambahi. Pengingkaran terhadap salah satu rukun iman berarti secara langsung dia telah dihukumi kafir atau keluar dari Islam. Dalam sejarah dakwah Islam zaman Nabi Muhammad saw, tauhid ini diperkuat selama 13 tahun pada periode Mekah oleh Muhammad. Dan ternyata insan-insan (para sahabat Nabi) yang dihasilkan dari periode Mekah ini benar-benar tangguh keimanannya. Mereka (para sahabat Nabi) rela mengorbakan apa saja demi iman mereka, harta bahkan nyawa berani mereka korbankan demi mempertahankan dan memperjuangkan iman. Salah satunya Bilal. Dia mulanya adalah seorang budak, setelah mendapat dakwah Islam dari Nabi kemudia dia bersyahadatain. Konsekuansi dari syahadatnya itu ternyata sangat berat. Dirinya mendapatkan siksaan yang luar biasa sadis dari tuannya karena tetap bertahan dengan ke Islamannya. Sampai akhirnya dirinya dibebaskan oleh Abu Bakar Sidiq.
Kelemahan iman inilah yang dimanfaatkan oleh para pencipta dan pengembang aliran sesat untuk membuat hal baru yang seolah-olah itu adalah bagian dari rukun iman yang enam. Seperti yang dilakukan Musadeq, pimpinan aliran Al Qiyadah Al Islamiyah, dirinya mengaku dapat wangsit dari Tuhannya dan di nobatkan menjadi Nabi pengganti Nabi Muhammad. Jelas hal ini adalah bentuk kesesatan nyata karena telah mengingkari kerosulan Muhammad sebagi nabi dan rosul penutup. Cuma karena kelemahan keimanan kepada Rosul Muhammad lemah maka gampang sekali orang mempercayai Musadeq sebagai Nabi penganti Muhammad.

2. Minimnya ilmu agama
Hal ini ada kaitannya dengan penyebab no. 1. Orang yang tidak pernah atau jarang mengkaji Islam secara benar maka dia akan mudah dipengaruhi oleh orang lain terhadap ke Islamannya.

3. Suka perkara yang mudah dan simple

4. Suka budaya instan

5. Faktor eksternal : upaya mengadu domba umat Islam

Beberapa Hal Mengenai Sholat Idul Fitri

Solat Hari Raya Menggantikan Solat Jumaat

“Telah berkumpul pada hari kamu ini dua hari Raya. Sesiapa telah (Bersolat Hari Raya), dia telah menyempurnakan dari solat Jumaat dan sesungguhnya kita telah dikumpulkan”. (H/R Abu Daud 1073. Ibnu Majah 1311. Al-Hakim 1/228. Al-Baihaqi 3/318. Ibnul Abdil Barr (dalam At-Tauhid) 10/272. Al-Khatib (dalam Tarikh Bahgdad) 3/129. Ibnul Qaiyyim (dalam al-Wahiyat). 1/473. Al-Faryabi (dalam Ahkamul Iedain) 150. Ibnul Jarud (dalam Al-Muntaqa) 302. Hadis sahih banyak syahidnya (lihat: Sawathi’ al-Qamarain fi Takhrij Ahadis Ahkamail Iedain), Musaid bin Sulaiman bin Rasyid. Hlm. 211)

Sesuatu yang tidak wajib tidak menggugurkan sesuatu yang wajib. Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam berterusan mengerjakan solat Hari Raya secara berjamaah sejak disyariatkan sehinggalah wafat. (Lihat: Nailul Autar 3/382-383) Baginda menggandingkan perintahnya kepada manusia dengan terus menerus ini agar mereka keluar ke tanah lapang (musalla) untuk solat Hari Raya. (Lihat: (1). Nailul Autar. 3/282-283. (2). Majmu fatawa. 24/212. dan 23/161. (3). Ar-Raudah an-Nadiyah 1/142. (4). Tamamul Minnah, hlm. 344)

Seterusnya, pandangan akan wajibnya solat `Ied al-Fitri ini diperkuatkan lagi dengan hakikat bahawa solat `Ied ini dapat menggugurkan kewajipan solat Jumaat jika keduanya terjadi pada hari yang sama (Hari raya jatuh pada hari Jumaat). Hanya sesuatu yang wajib dapat mengugurkan kewajipan yang lain. – Inilah pendapat Syaikh Muhammad Nashiruddeen al-Albani rahimahullah di dalam Terjemah Tamamul Minnah Koreksi dan Komentar Ilmiah Terhadap Kitab Fiqhus Sunnah Karya Syaikh Sayyid Sabiq, (edisi terjemahan oleh Afifuddin Said, Maktabah Salafy Press, Gajah Mada 2002) jilid 2, ms. 103.

Dalil yang menunjukkan kewajipan solat Jumaat gugur sekiranya ianya serentak dengan hari `Ied adalah:

Dari Iyas bin Abi Ramlah al-Syami, dia berkata: "Aku pernah menyaksikan Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang sedang bertanya kepada Zaid bin Arqam. Dia bertanya: "Apakah engkau menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadiri dua Hari Raya (hari `Ied dan hari Jumaat) yang berkumpul dalam satu hari?" Dia menjawab: "Ya." Mu'awiyah bertanya: "Lalu apa yang baginda kerjakan?" Dia menjawab: "Baginda mengerjakan solat `Ied, kemudian baginda memberikan keringanan dalam hal (mengerjakan) solat Jumaat dan bersabda: "Barangsiapa yang ingin solat (Jumaat) maka hendaklah dia solat." (Hadis riwayat Imam Abu Dawud di dalam Sunan Abu Dawud, Kitab al-Sholah, hadis no: 904)

Syaikh al-Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah di dalam Majmu' Fatawa (jilid 23, ms. 161) berkata:… oleh kerana itu, kami mentarjih (menguatkan) bahawa solat `Ied itu wajib bagi setiap individu muslim, sebagaimana pendapat Abu Hanifah dan lain-lainnya. Dan ini merupakan salah satu pendapat al-Syafi'i, dan ia merupakan salah satu dari dua pendapat di dalam mazhab Ahmad.


Hukum Sholat Hari Raya Idul fitri

Berkata Ibn Taimiyah rahimahullah: Solat Hari Raya hukumnya fardu ‘ain bagi setiap individu sebagaimana ucapan Abu Hanifah (Lihat: Hasyiyah Ibnu Abidin. 2/166) dan selain beliau. Ia juga pendapat Imam Syafie dan salah satu dari pendapat mazhab Ahmad. (Lihat: Majmu Fatawa. 23/161) Pendapat yang menyatakan fardu kifayah tidak berasas. (Lihat: Majmu Fatawa. 23/161) Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam tidak pernah meninggalkannya walaupun sekali. Baginda memerintahkan semua manusia mengerjakannya, sehingga para wanita yang merdeka, para gadis pingitan dan wanita haid dianjurkan ke musalla. (Lihat: Al-Mau’idah al-Hasanah 42-43. Siddiq Hasan Khan Sailul Jarar. 1/315. Syaukani)

“Ummi Atiyah berkata: Rasulullah memerintahkan kami mengeluarkan para wanita merdeka, yang haid dan gadis-gadis pingitan pada Hari Raya Idul Fitri dan Adha. (dilafaz lain) Keluar ke mussala (tanah lapang). Mereka menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Aku berkata: Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak mempunyai jilbab? Baginda berkata: (suruh) agar saudaranya meminjamkan jilbabnya! (H/R Bukhari 324, 351, 971, 974, 980, 981 dan 1652. Muslim. 980. Ahmad. 5/84-85. An-Nasaii. 3/180. Ibnu Majah. 1307 dan at-Turmizi 539)

Perintah di hadis ini menunjukkan perintah yang wajib, kerana diwajibkan ke musalla bermaksud diwajibkan bersolat Hari Raya. Maka dengan demikian solat Hari Raya hukumnya wajib ‘ain, atau yang lebih rajih hukumnya adalah wajib dan bukan sekadar sunnah. (Lihat: Tamamul Minnah. Hlm. 344. Nasruddin al-Albani)

Puasa Sebagai Momentum Mendapatkan Kemenangan & Kesuksesan

Urgensi materi

Menjadikan puasa tidak hanya sebagai ritual ibadah (memperkuat keimanan dan meraih pahala) belaka tetapi bisa menjadikannya sebagai ajang untuk mendapatkan kebaikan dan hikmah yang sebesar-besarnya.

Dasar perintah puasa Ramadhan : QS Al Baqoroh 183-187

Tujuan puasa : Taqwa dan kembali fitrah (suci)

"Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengetahui rambu-rambunya dan memperhatikan apa yang semestinya diperhatikan, maka itu akan menjadi pelebur dosa-dosa yang pernah dilakukan sebelumnya" (HR Ibnu Hibban dan Baihaqi)

Dengan fitrah (suci dari dosa) manusia akan mendapatkan kekuatan untuk mencapai kemenangan (perang, kesuksesan hidup dunia akhirat).

Hal ini dibuktikan pada zaman Rosulullah, justru saat Ramadhan Rosul melakukan kegiatan-kegiatan besar :

-Perang Badr (th 2H)

-Perang Tabuk (th 9H)

-Mengirimkan 6 pasukan jihad yang tidak langsung beliau pimpin

-Melaksanakan pernikahan putrinya, Fatimah, dengan Ali RA

-Menikahi Hafsah dan Zainab


Mengapa Rasulullah justru melakukan kegiatan-kegiatan besar saat bulan Ramadhan ?


-Dekat dengan pertolongan Allah

"Ada tiga kelompok manusia yang doanya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah doa orang-orang yang berpuasa sehingga mereka berbuka..." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

-Puasa menguatkan nilai-nilai ikatan sosial antar muslim

Makin kuatnya persatuan karena melakukan ibadah secara bersama-sama. Misal, puasa itu sendiri, sholat berjamaah (masjid-masjid penuh), zakat fitrah.

-Puasa membentuk manusia mengoptimalkan kontrol diri

Lebih mudah untuk berusaha mendapatkan keikhlasan, karena puasa merupakan ibadah yang tersembunyi.

Lebih mudah mengendalikan nafsu. Nafsu makan&minum, pandangan, emosi.

-Puasa melatih manusia untuk disiplin mengatur waktu

Telah ditentukan waktu sahur dan buka sehingga kita harus disiplin menjalaninya agar puasa kita diterima Allah.

-Puasa melatih manusia untuk menjabarkan Tujuan secara jelas

Tujuan puasa : mencapai ke Taqwa an, cara mencapai tujuan dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunnah di bulan Ramadhan.

-Puasa melatih manusia untuk selalu berpikiran Optimis dan Positif

Optimis terhadap kehidupan akhirat, positif terhadap janji Allah.

-Puasa melatih kesabaran

Bahwa kemenangan merupakan jalan panjang yang harus dilalui dengan ketabahan dan kesabaran.

Nabi Muhammad Penutup Para Nabi

Nabi Muhammad saw Penutup Para Nabi, dan Hubungan Dakwahnya dengan Dakwah2 Terdahulu


Muhammad adalah penutup para Nabi

"Perumpamaan aku dengan Nabi sebelumku ialah seperti seorang lelaki yg membangun sebuah bangunan, kemudian ia memperindah dan mempercantik bangunan tersebut, kecuali satu tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang mengitarinya, mereka kagum dan berkata, 'Amboi, jika batu bata ini diletakkan?' Akulah batu bata itu, dan aku adalah penutup para Nabi." (HR Bukhori Muslim)


Hubungan antara dakwah Nabi Muhammad dengan Para Nabi sebelumnya

Berjalan atas prinsip yang sama : prinsip ta'kid (penegasan) dan tatmim (penyempurna).

Kesamaan asas dakwah para Nabi : Pertama, Aqidah (Beriman kepada Allah,tidak syirik, beriman kepada Hari Akhir, Hisab, Neraka, Surga. Untuk masalah Aqidah, dari Nabi Adam s/d Muhammad saw mempunyai kesamaan Aqidah.

"Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa. Yaitu : Tegakkan agama, dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya." (QS Asy Syura : 13)

Kedua, Syariat dan Akhlaq. Untuk masalah syariat, yaitu penetapan hukum yang bertujuan mengatur kehidupan masyarakat dan pribadi, terjadi perbedaan antara satu Nabi dg yang lainnya. Hal ini terjadi karena perbedaan kondisi umat.

"..Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu..." (QS Ali Imran : 50)

Prinsip mengenai masalah syariat : Syariat umat sebelum kita adalah syariat bagi kita (juga), selama tidak ada (nash) yang dapat menghapuskan.


Islam adalah satu-satu agama yang di didakwahkan para Rosul

Nabi Ibrahim, Ismail dan Ya'qub diutus dengan membawa Islam,

"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang-orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di duni a, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Rabbnya berfirman kepadanya, 'Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab, 'Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.' Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya'qub. (Ibrahim berkata), 'Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk Islam." (QS Al Baqarah : 130-132)

Musa as diutus kepada Bani Israil dengan membawa risalah Islam,

"Ahli sihir itu menjawab : 'Sesungguhnya kepada Rabb kamilah kami kembali. Dan kamu tidak membalas dendam dengan menyiksa kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Rabb kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami, '(Mereka berdua), Wahai Rabb Kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadamu)." (QS Al A'raf : 126)

Isa diutus dengan membawa Islam

"Maka ketika Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil), berkatalah ia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama Allah)?" Para Hawwariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab, 'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Nya, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim." (QS Ali Imran : 52)

Mengapa ada dari para pengikut Musa dan Isa yang menganut aqidah yang berbeda dari aqidah tauhid yang dibawa para Nabi ?

"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam, tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka ...." (QS Ali Imran : 19)

(QS Asy Syura : 14)

Urgensi Hidup Berjamaah

Dasar

QS As Shaff : 4

"Sesungguhnya Allah mencintai orang2 yang berperang di jalan Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh."

Perkataan Ali bin Abi Thalib

"Kebatilan yang terorganisir bisa mengalahkan kebenaran yang tercerai berai"


Urgensi

  • Manusia secara fitrah adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri
  • Para musuh Allah bersatu untuk menghancurkan Islam. Salah satu siasatnya adalah Ghozwul Fikr
  • Dengan hidup berjamaah perjuangan hidup kita menjadi lebih terarah karena adanya perencanaan integral dan menyeluruh
  • Lebih mudah untuk menghindar dari kesalahan dan dosa
  • Mudah termotivasi melakukan amal kebaikkan
  • Perjuangan hidup menjadi lebih ringan karena dikerjakan bersama-sama
Kewajiban dalam berjamaah
  • Pemahaman yang menyeluruh tentang urgensi berjamaah
  • Niat ikhlash
  • Mengikuti imam / pemimpin = ketaatan
  • Beramal sholih
  • Berkorban
  • Persudaraan
  • Kepercayaan

Solusi Masalah Ekonomi Menurut Islam

Masalah Sosial & Ekonomi Umat Islam

*Kekurangan uang/dana merupakan salah satu masalah terbesar umat Islam
- Pendidikan jadi terhambat --> kebodohan
- Kefakiran dan kemiskinan
- Lemah fisik, misal cacat menjadi susah teratasi
- Biaya hidup menjadi tidak tercukupi, misal biaya unt menikah
- Menghambat orang yang ingin bekerja, karena kurangnya lapangan
kerja atau tidak ada modal

* Kafakiran lebih dekat kepada kekafiran
Betapa banyak orang pindah agama hanya krn iming2 harta

* Banyaknya penganguran menimbulkan masalah sosial yang komplek
Kejahatan yang semakin merajalela

* Pemerataan/distribusi kekayaan yang kurang rata sehingga terjadi gap sosial/ekonomi
yang sangat jauh satu sama lain

* Dominasi dan monopoli ekonomi oleh orang2 kafir atau dzolim karena kita lemah

* Komersialisasi pendidikan membuat semakin sulit orang untuk sekolah --> kebodohan
yang makin merajalela

Solusi Islam untuk masalah sosial ekonomi :
* Sistem Zakat
- QS Ma'arij 24-25, QS Al An 'am 141
- Zakat : fitrah, kekayaan/hasil bumi
- Untuk pemerataan kekayaan

* Sistem sedekah Terikat, Kaffarah
- QS AlBaqoroh : 245, 261-263, Al Hadid : 18, At Taghobun : 16-17
Hadist Rosulullah saw : "Dan sedekah itu bukti keimanan"
- Sedekah Terikat waktu dan situasi
Misal pembagian hewan qurban, sedekah daging yang dilakukan pada waktu ibadah haji
- Sedekah Kaffarah
Misal, suami yg menggauli istrinya ketika haid dikenai kaffarah sedekah
Orang yang membatalkan puasa secara sengaja dibulan Ramadhan, dan ia tidak dapat
puasa secara terus menerus, dikenai kaffarah sedekah

* Sistem Wakaf

* Sistem Nafkah
- Hadist riwayat Muslim
"Jika Allah memberikan seseorang di antara kamu kebaikan (harta benda) maka
hendaklah dia memulai dari dirinya dan keluarganya"
- Nafkah wajib diberikan karena sebab : perkawinan,kekerabatan, perbudakan
- Nafkah yang dimaksud adalah : makanan,pakaian,tempat tinggal
- Suami wajib menafkahi istri meskipun istri itu masih kecil,kafir ato kaya
- Ayah wajib menafkahi anak yang belum baligh meskipun kafir
- Anak wajib menafkahi orang tua,kakek-nenek jika mereka fakir walau mereka mampu
mencari nafkah
- Orang yang memiliki hubungan rahim wajib menafkahi keluarganya apabila mereka masih
kecil,fakir,cacat/buta, sesuai dengan hitungan warisan, meskipun mereka telah baligh

* Sistem Seperlima Harta Rampasan Perang
- QS Al Anfaal : 41

* Jaminan Umum dari Baitul Mal untk setiap orang dalam negeri Islam
Tanggungjawab pemimpin kaum muslimin, kaum muslimin, dan baitul mal

Hadist Tentang NIAT - Syarah Hadist -Arbain An Nawawiyah

Amirul mukminin, Umar bin khathab radhiyallahu anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits.

Penjelasan :

Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad.

Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam.

Para ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya memulai tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya agar meluruskan niatnya”.

Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat terkenal, tetapi dilihat dari sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits ahad, karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh ‘Alqamah bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al Anshari, kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan mereka adalah para Imam.

Pertama : Kata “Innamaa” bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya.

Misalnya, kalimat pada firman Allah :

“Innamaa anta mundzirun” 4 “Engkau (Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman”. (QS. Ar-Ra’d : 7)

Kalimat ini secara sepintas menyatakan bahwa tugas Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam hanyalah menyampaikan ancaman dari Allah, tidak mempunyai tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya beliau mempunyai banyak sekali tugas, seperti menyampaikan kabar gembira dan lain sebagainya. Begitu juga kalimat pada firman Allah :

“Innamal hayatud dunyaa la’ibun walahwun” 4 “Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan”. (QS. Muhammad : 36)

Kalimat ini (wallahu a’lam) menunjukkan pembatasan berkenaan dengan akibat atau dampaknya, apabila dikaitkan dengan hakikat kehidupan dunia, maka kehidupan dapat menjadi wahana berbuat kebaikan. Dengan demikian apabila disebutkan kata “hanya” dalam suatu kalimat, hendaklah diperhatikan betul pengertian yang dimaksudkan.

Pada Hadits ini, kalimat “Segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat maka tidak berarti apa-apa menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat.

Kedua : Kalimat “Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya” oleh Khathabi dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian yang berbeda dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal bergantung pada niatnya. Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi menerangkan bahwa niat menjadi syarat sahnya amal. Sehingga seseorang yang meng-qadha sholat tanpa niat maka tidak sah Sholatnya, walahu a’lam

Ketiga : Kalimat “Dan Barang siapa berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya” menurut penetapan ahli bahasa Arab, bahwa kalimat syarat dan jawabnya, begitu pula mubtada’ (subyek) dan khabar (predikatnya) haruslah berbeda, sedangkan di kalimat ini sama. Karena itu kalimat syarat bermakna niat atau maksud baik secara bahasa atau syari’at, maksudnya barangsiapa berhijrah dengan niat karena Allah dan Rosul-Nya maka akan mendapat pahala dari hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya.

Hadits ini memang muncul karena adanya seorang lelaki yang ikut hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mengawini perempuan bernama Ummu Qais. Dia berhijrah tidak untuk mendapatkan pahala hijrah karena itu ia dijuluki Muhajir Ummu Qais. – wallahu a’lam –

Problematika Umat Islam

TUJUAN

Ø Peserta mengetahui potensi-potensi yang dimiliki umat Islam

Ø Peserta mengetahui sebab-sebab kemunduran Islam

Ø Peserta mengetahui solusi dari problematika umat Islam

RINCIAN BAHASAN

Sesungguhnya umat Islam memiliki potensi besar yang pada umumnya tidak dimiliki oleh sistem lain yang ada. Potensi-potensi tersebut diantaranya adalah potensi syari’ah/peraturan yang lengkap, mencakup seluruh aspek kehidupan. Syari’ah ini tertuang dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Sabda Rasulullah SAW:

“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kalian tak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Al Hadits)

Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya bahwa al Qur’an adalah hudan (petunjuk) bagi hamba-hambanya yang bertaqwa (QS. 2:2), bahkan untuk seluruh umat manusia (QS. 2:185). Maka Allah pula yang menjaga kemurnian dan keaslian Al Qur’an dari waktu ke waktu. Berbeda dengan kitab-kitab suci lain yang telah mengalami kontaminasi oleh sentuhan tangan manusia sehingga sebagian isinya tidak asli lagi, Al Qur’an yang kita lihat saat ini adalah sama persis dengan ketika wahyu itu diterima oleh Rasulullah SAW. Firman Allah:

“Sesungguhnya Kami-lah yang telah menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. 15:9)

Potensi kedua yang dimiliki umat Islam adalah karunia Allah berupa kekayaan alam yang hampir sebagian besar (65%) berada di negeri-negeri muslim. Tugas umat Islam pulalah untuk mengoptimalkan pemanfaatannya bagi kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Tentu saja hal ini membutuhkan perangkat teknologi dan keunggulan sumber daya manusia. Cadangan minyak bumi pun sebanyak 65% berada di negeri-negeri muslim.

Selain itu umat Islam memiliki potensi dalam jumlah jiwanya. Sebagian besar penduduk dunia adalah muslim. Tantangan bagi kita tentu saja umat Islam tidak hanya unggul dari segi kuantitas, namun terlebih penting lagi adalah kualitasnya.

Umat Islam juga telah mendapatkan jaminan kemenangan dari Allah SWT sebagaimana firman-Nya:

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama, meskipun orang-orang musyrik benci.” (QS. 61:9)

Pertolongan Allah pun amat dekat bagi orang-orang yang beriman (QS. 2:214), namun tentu saja semua itu kembali kepada kita. Allah pasti akan memberikan kemenangan itu bila memang kita telah layak/pantas untuk memperolehnya.

Termasuk salah satu potensi yang dimiliki umat islam adalah sejarah islam yang penuh dengan kejayaan, yaitu sejak masa Rasulullah bersama para sahabat, sampai berabad-abad setelahnya. Hal ini seharusnya membangkitkan optimisme pada diri kita. Apa yang dahulu mereka miliki, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah, masih kita miliki sampai sekarang. Namun sudahkah kita memiliki kedalaman pemahaman yang sama dengan mereka?

Kemunduran yang saat ini terjadi pada umat Islam tentu ada penyebabnya. Faktor-faktor penyebab ini pada dasarnya dapat dibedakan atas faktor internal (dari dalam tubuh umat Islam sendiri) dan faktor eksternal (dari luar umat Islam).

Faktor internal diantaranya adalah:

Jauhnya umat Islam dari Al Qur’an dan As Sunnah.

Dalam QS. 25:30 Allah berfirman:

“Berkatalah Rasul: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimakumullah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang mengacuhkan Al Qur’an ini ada 3 kemungkinan:

· Ia tidak membaca Al Qur’an.

Seorang muslim yang tidak membaca Al Qur’an padahal ia bisa membacanya dan jika ia tidak bisa membaca Al Qur’an lantas ia tidak berusaha untuk menjadi bisa, maka ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang acuh terhadap Al Qur’an.

· Ia membaca Al Qur’an namun tidak mentadabburinya.

Seorang muslim yang membaca Al Qur’an seharusnya mengalami peningkatan keimanan, yaitu bila ia tidak asal membaca saja. Firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. 8:2)

· Ia membaca dan mentadabburi Al Qur’an namun tidak mengamalkannya.

Seorang muslim baru dikatakan benar keimanannya terhadap Al Qur’an bila ia membacanya secara kontinyu, mentadabburinya sehingga bertambah pemahaman dan keyakinannya akan kebenaran Al Qur’an dan mengamalkan dengan sekuat tenaga apa-apa yang telah dibacanya.

Salah satu penyebab kemunduran umat Islam adalah akibat mereka mempelajari Islam hanya karena mereka mengikuti. Sehingga pemahaman yang adapun sekedar pemahaman ikut-ikutan (taqlid buta), bukan pemahaman yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Padahal firman Allah:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.17:36)

Terpecah belah karena ada perbedaan masalah furu’ seperti masalah fiqh madzhab, masalah jama’ah dan sebagainya, sampai merusak hubungan ukhuwah islamiyah. Tentu saja umat yang terpecah belah akan lebih mudah dikalahkan oleh musuh-musuh Islam. Sudah saatnya bagi umat Islam untuk memperkuat kesatuan hati dan tali ukhuwah. Firman Allah:

“dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 8:63)

Adanya perasaan rendah diri dan tidak tsiqoh pada Islam.

Di antara umat Islam saat ini banyak yang tidak memiliki izzah Islam, merasa enggan untuk menunjukkan identitas keislamannya. Perasaan ini timbul karena melihat kondisi faktual umat yang saat ini cenderung berada “di bawah”. Padahal perasaan semacam ini tidak boleh menghinggapi seorang muslim, karena kondisi umat saat ini justru disebabkan karena umat Islam jauh dari pemahaman Islam yamg benar.

Bila kita belajar dari sejarah, maka akan tampak bahwa masa-masa kegemilangan umat Islam terjadi pada masa dimana mereka benar-benar menegakkan bangunan Islam pada dirinya dan masyarakat. Ketika itu Islam tampil sebagai peradaban, tidak ada yang menutupi cahayanya, sesuai dengan sabda Rasulullah:

“Al-Islamu ya’lu wa laa yu’la ‘alaihi.” (Islam itu tinggi dan tidak ada yang menandingi ketinggiannya).

Izzah Islam harus bangkit pada diri tiap-tiap umat Islam, karena orang yang paling derajatnya di muka bumi ini sesungguhnya adalah orang-orang yang beriman. Firman Allah:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.3:139)

Adanya gejala taqlid dengan semua yang datang dari barat.

Ketika seorang muslim tak lagi memiliki izzah dengan keislamannya, maka mudah saja baginya untuk berkiblat pada sesuatu yang lain, yang datang dari luar Islam atau orang kafir sekalipun.

Tertinggal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Padahal Islam merupakan agama yang menjungjung tinggi ilmu pengetahuan. Bahkan Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya QS.58:11. Rasulullah SAW bersabda:

“Keutamaan seorang ‘alim (ahli ilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah derajatnya.” (HR. At Tirmidzi)

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga….” (HR. Muslim, Ibnu Hibban dan Al Hakim)

Islam telah pula melahirkan para ilmuwan besar dalam sejarah, seperti Ibnu Sina (Avicenna), Ibnu Rusyd (Averroes), Al Khawarizmi dan lain-lain.

Disamping faktor internal, terdapat pula faktor eksternal yang menjadi sebab mundurnya umat Islam, yaitu adanya ghazwul fikri (perang pemikiran) dan harakatul irtidad (gerakan pemurtadan) dari musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Maha Benar Allah dengan firman-Nya:

“Orang-orang Yahudi dan nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…” (QS.2:120)

Solusi apakah yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan problematika umat Islam saat ini? Diantaranya adalah:

¨ Umat Islam harus menerapkan syari’at Islam dalam seluruh aspek kehidupan

¨ Mendidik generasi Islam dengan manhaj pendidikan yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh)

¨ Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh (QS.8:60)

¨ Dengan perjuangan dan pengorbanan total.

DISKUSI

Cobalah Anda diskusikan dengan teman-teman, sampai sejauh manakah peranan Anda sebagai siswa dalam menyelesaikan problematika umat Islam saat ini?

REFERENSI

Panduan aktifis Harokah, Pustaka Al Ummah

Nabil bin Abdurrahman, Rencana penghapusan Islam dan pembantaian Kaum Muslimin di abad modern.

Perang Pemikiran (Ghazwul Fikr)

Peperangan antara dua kelompok adalah suatu kemestian alami. Adakalanya perang itu antara pembela kebathilan melawan pembela kebenaran, dan ini tidak akan berhenti, sedang yang lain ada terjadi pula perang antara pembela kebathilan yang satu melawan pembela kebathilan yang lainnya. Pada saat pembela al haqq dalam kondisi lemah, dan tidak membahayakan, maka perang yang terjadi adalah antara pembela al bathil yang satu dengan pembela al bathil yang lainnya. Namun begitu, pembela al haqq kuat dan membahayakan dengan serta merta para pembela kebathilan bersatu untuk menumpas al haqq.
Bisa jadi perang itu berupa perang fisik, militer, yang korbannya berupa kematian, hancurnya kota dan bahkan negara, kergian material yang banyak, dan juga korban secara psikologis. Bisa jadi pula perang itu berupa perang pemikiran (ghazwul fikri), tanpa melibatkan kekuatan militer, dan korbannya berupa pikiran-pikiran yang tersesatkan, serta jiwa-jiwa yang ketakutan.
Kedua perang itu sama-sama membawa korban, namun korban yang lebih parah dan berbahaya justru ditimbulkan oleh perang pemikiran atau perang intelektual tersebut. Jika perang militer, maka korban manusia berupa kematian atau cacat. Namun ghazwul fikri adalah manusia sehat secara jasmani, namun sakit dari sis ruhaninya. Ia akan menjadi agen dari musuh-musuh Islam. Bahkan ikut aktif menyebarkan kesesatan tanpa ia sadari. Ia membangun umat Islam lewat konsep-konsep “baru”, ia merasa Islam harus senantiasa diperbaharui, sampai ke tingkat aqidah, hukum dan perulaku. Padahal sesungguhnya ia merusak umat.
Ghazwul Fikri terhadap Islam telah berlangsung sekian lama. Mereka ingin menjadikan wajah Islam seburuk mungkin, bisa dengan jalan menampilkan kesan “ekstrem” dan fundamental –sehingga manusia takut dan ngeri terhadap Islam dan penganut setianya. Mereka yang punya komitmen terhadap Islam, diberikan julukan ekstrimis atau fundamentalis. Akibatnya Islam ditakuti baik oleh pengikutnya sendiri yang terlanjur menjadi korban ghazwul fikri –apalagi oleh orang non muslim. Namun ada kalanya Islam ditampilkan dengan bentuk yang kelewat lembek, itulah hasil rekayasa musuh-musuh Islam, dan itulah yang dihasilkan oleh ghazwul fikri yang mereka kehendaki, sebagaimana firman Allah :
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci (Ash Shaff (61) : 9).
Hasil lain, sebagaimana tujuan yang telah mereka canangkan dari peperangan ini adalah dengan menjauhkan muslimin dari agamanya. Umat Islam dibuat enggan mempelajari agamanya sendiri dengan diberikan kesibukan dan permainan yang mengasyikkan, atau kerena telah merasakan phobie terhadap Islam. Ini amat terasakan saat ini.
Kaum muslimin mulai sibuk dengan perniagaan yang melelahkan, sehingga tidak punya lagi kesempatan taffaquh fiddin (memperdalam pengetahuan ad diin). Adapula yang tergelincir dalam perangkap jahiliyah, kaum muslimin terlena dalam berbagai hiburan maksiyat, yang membuat mereka lemah semangat, tidak memiliki ghirah membela Islam. Ada pula yang terlanjur terhadap propaganda Barat yang dititipkan media pers, bahwa Islam identik dengan perang, Islam identik dengan darah, Islam itu kejam, sehingga mreka menjadi phobie terhadap Islam untuk kemudian secara perlahan-lahan meninggalkan ajarannya.
Lebih lanjut lagi, mereka juga berkehendak membawa kaum muslimin pada millah (agama) mereka. Setelah merka kaburkan Islam dengan ucapan-ucapan mereka, kemudian mereka jauhkan kaum muslimin dari agamanya, maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi kaum muslimin untuk mengikuti millah mereka, sebagian atau seluruhnya.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan ridho kepadamu, sampai engkau mengikuti millah mereka (Al Baqoroh (2) : 120).
Mengikuti millah mereka secara total, artinya kaum muslimin berpindah agama. Mereka tinggalkan Islam, dan kematian masuk ke agama lain –sesuai yang mengarahkan. Kalaupun tidak bisa mengikuti millah non Islam, tetap akan diusahakan agar kaum muslimin mengikuti millah mereka bagian demi bagian, mulai dari cara hidup, orientasi kerja, perilaku dan pemikirannya. Akhirnya terjadi pribadi yang pecah pengakuan formalnya sebagai seorang muslim, namun dalam kenampakan kesehariannya ia sama sekali bukanlah seorang Islam.
Tak pernah mereka berhenti dari usaha ini. Ghazwul Fikri berjalan terus menerus, sebagaimana firman-Nya :
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kaum, sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (Al Baqoroh (2) : 217).
Oleh sebab itu, kaum muslimin wajib mewaspadai ghazwul fikri yang dilancarkan musuh-musuh Islam. Allah memberikan tuntutan agar tidak menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan, sebab telah jelas kemudharatan yang mereka timbulkan.
Hari orang-orang yang beriman janganlah kamu ambil menjadi orang kepercayaanmu orang-orang yang dan di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudharatan bagimu. (Ali Imran (3) :118).
Jelas sekali larangan Allah terhadap kaum muslimin agar tidak berkarib dengan mereka, sungguh merekalah yang telah melancarkan ghazwul fikri secara terus menerus. Sikap mereka ini diabadikan oleh Allah Ta’ala :
Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (Ali Imran (3) :118).
Kenyataan sekarang banyak kaum muslimin yang berwali kepada mereka, menjadikan mereka kepercayaan, bahkan menyukai mereka. Padahal telah diperingatkan Allah bahwa mereka tidak pernah menyukai kaum muslimin :
Beginilah kamu, kamu menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. (Ali Imran (3) :119).
Inilah yang harus senantiasa kita waspadai. Konspirasi jahat internasional terhadap Islam senantiasa berlangsung tanpa henti. Mereka geram dan marah jika kaum muslimin mendapat kemenangan dan posisi strategis, namun mereka akan bergembira dan tertrawa senang melihat kaum muslimin tertindas dan terbantai.
Jika kamu memperoleh kebaikan niscaya mereka bersedih hati tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. (Ali Imran (3) ; 12)
Kuncinya hanya satu aqidah kemudian istiqomah dengannya. Tanpa keimnan, dan sabar dalam keimanan tersebut kita lemah dan kehilangan kekuatan.
Firman Allah :
Jika kamu bersabar dan bertaqwa niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan pada mu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan (Ali Imran (3) : 120).
Sekarang saatnya untuk bangun, dan mewaspadai kenyataan ini. Gahzwul Fikri tidak ada pengaruhnya bagi kita manakala aqidah kita kuat dan punya kesabaran atas aqidah tersebut.
Hayya ‘alal falah


Ghazwul Fikri (perang pemikiran) dan Harakatul irtidad (gerakan pemurtadan)
Pengertian secara bahasa
Ghazwul Fikri terdiri dari dua kata yaitu ghozwah dan fikr. Ghozwah berarti serbuan atau invasi. Fikr berarti pemikiran. Serangan di sini berbeda dengan qital (perang) yang berarti :
- dilakukan sepihak, yang lain tidak menyadari kalau sedang diserang
- hasilnya nyata terlihat dan berhasil
- mempunyai efek yang dalam dan luas.
Pengertian Secara Istilah
Penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada di dalamnya sehingga tidal lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah bercampur aduk dengan hal-hal tidak Islami.

Sasaran Ghazwul Fikri
1. Menjauhkan Umat Islam dari Ajaran Agama Islam (Q.S 17:73, 5:49)
2. Berusaha memasukkan yang sudah kosong Islamnya ke dalam agama kafir (Q.S. 2:217, 2:120)
3. Memadamkan cahaya (agama) Allah (Q.S. 61:8, 9:32).


Metode Ghazwul Fikri
1. Membatasi supaya Islam tidak tersebar luas
· Tasyik (Pendangkalan/peragu-raguan)
Gerakan yang berupaya menciptakan keragu-raguan dan pendangkalan kaum muslimin terhadap agamanya.
· Tasyih (pencemaran/pelecehan)
Upaya kaum kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan menggambarkan Islam secara buruk.
· Tadhlil (Penyesatan)
Upaya orang kafir menyesatkan umat Islam mulai dari cara yang halus sampai cara yang kasar.
· Taghrib (pembaratan/westernisasi)
Gerakan yang sasarannya untuk mengeliminasi Islam, mendorong kaum muslimin agar menerima seluruh pemikiran dan pemikiran barat.
2. Menyerang Islam dari dalam
· Penyebaran faham sekulerisme
Berusaha memisahkan antara agama dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
· Penyebaran faham nasionalisme
Nasionalisme membunuh ruh ukhuwah Islamiyah yang merupakan azas kekuatan umat Islam.
Hadits Nabi : “Bukan dari golonganku orang yang mengajak pada ashobiyah dan bukan dari golonganku orang yang berpegang atas dasar ashobiyah dan bukan dari golonganku orang yang matu karena ashobiyah”.
· Pengrusakan akhlak umat Islam terutama pada pemudanya.


Sarana Ghazwul Fikri
Media Massa baik itu cetak maupun elektronik
Hasil nyata Ghazwul Fikir terhadap Umat Islam
1. Umat Islam menyimpang dari Al Qur’an dan As Sunnah (Q.S. 25:30)
2. Minder dan rendah diri (Q.S. 3:139)
3. Terpecah belah (Q.S. 30:32)


SOLUSI UNTUK MERAIH KEMENANGAN
1. Umat Islam harus menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
2. Mendidik generasi muda Islam dengan manhaj tarbiyah yang syamil (sempurna) dan mutakamil (menyeluruh).
3. Menyiapkan kekuatan semaksimal mungkin untuk menghadapi musuh (Q.S. 61:10, 8:60)
4. Menghindari terjadinya perpecahan dalam umat Islam (Q.S. 3:103)

Ma'rifatul Insan (Mengenal Diri Sendiri)

TUJUAN

1. Peserta mengetahui pengertian manusia

2. Peserta sadar akan kelebihan dan kekurangan

3. Peserta mengetahui tujuan dan tugasnya sehingga dapat mensikapinya dengan benar.


URAIAN

DEFINISI MANUSIA

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri atas Jasad, ruh, dan Akal dan dimuliakan dengan tugas mengabdi kepada Allah dan sebagai khalifah dimuka bumi. (konsep “Tawazun’ ).

BAGAIMANAKAH MANUSIA ITU ?

Manusia diciptakan Allah dengan dikaruniai banyak keistimewaan dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain, a.l :

1. Segi Penciptaan

þ Manusia diciptakan dari segenggam inti bumi yang didalamnya terkandung beberapa sifat yaitu sifat baik dan buruk, bahagia dan sedih, mulia dan hina. Yang mengistimewakan manusia dari makhluk yang lain yang bertebaran dimuka bumi ini karena Allah telah menciptakan langsung dengan tanganNYa dan menyuruh semua malaikat bersujud kepadanya.

þ Manusia tidak diciptakan dengan sia – sia. (Al Qiyamah : 36 – 38).

þ Manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dan paling baik dibandingkan mahkluk Allah yang lain.

2. Segi Ilmu

Manusia dimuliakan dengan dikaruniai akal sehingga dapat menyerap ilmu, memahami, menjelaskan, serta mengembangkannya.” Yang membedakan manusia dari makhluk Allah yang lain, seperti hewan adalah keistimewaan dan kelebihan yang dimilikinya berupa ilmu, akal dan kemampuan menganalisa, maka apabila semua kelebihannya itu hilang , hilanglah pula yang membedakannya dengan hewan kecuali satu yaitu manusia dapat berbicara sedangkan hewan tidak (Miftahu Darus Sa’adah, Ibnu Qayyim, I / 167).

3. Segi Kehendak

Manusia dilebihkan dengan dipadukannya tiga unsur jiwa, yaitu kekuatan, syahwat, dan iradah (kecenderungan yang baik). Ia bisa memulai jalan yang baik dan bisa pula jalan yang buruk. Sekadar ilmu belum tentu bisa mengarahkan orang pada kebaikan, yang bisa mengarahkan pada kebaikan adalah kemauan dan kehendak yang kuat. Bisa jadi seseorang yang telah tahu bahwa mencuri itu perbuatan yang buruk, tetapi tetap ia lakukan.

Berbeda dengan malaikat yang hanya memiliki satu pilihan (tidak bisa berkehendak) yaitu taat pada Allah, Sang Pencipta sesuai dengan tugasnya masing–masing.

4. Segi Posisi

Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada manusia diantara makhluk lainnya, yakni sebagai pemimpin. Sehingga Manusia bisa memanfaatkan alam semesta ini untuk keperluan hidupnya. (Q.S All Baqarah:29, Hud(11):61)

5. Segi Komunikasi

Manusia dilebihkan dengan dua alat komunikasi : lisan yang digunakan untuk berbicara dan jari jemari yang digunakan untuk menulis. Jika kita perhatikan , seluruh makhluk hidup diberikan indera mulut dan alat suara, semuanya dapat berbicara dengan bahasa masing – masing, ada yang berkicau, mendengus, mecicit, dll. Sedang manusia, bisa berbicara dengan berbagai macam bahasa dan suara, termasuk menirukan suara binatang, dan bunyi–bunyian alam lainnya

6. Segi Tendensi Moral

Manusia memiliki peluang untuk ‘dibentuk’ menjadi baik atau buruk. Bahkan bisa berperan ganda –sebagaimana orang munafik . Berbagai macam sifat dan sikap bisa ia miliki sekaligus. Dan sangat berbeda dengan binatang, binatang sulit atau bahkan tidak bisa dibentuk dengan sifat dan karakter yang bermacam–macam.

‘ Setiap bayi yang dilahirkan dilahirkan itu dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang mempengaruhi hingga menjadi Yahudi, Nashrani, dan atau Majusi.’( Hadist sahih, telah dishahihkan oleh Al-Albani dalam Jami’Ash-Shaghir 4/181).

7. Manusia dilebihkan dengan sifat malu. Ibnu Qoyyim berkata, ”Perhatikanlah satu macam sifat yang hanya dikaruniakan Allah kepada manusia dan tidak kepada yang lain yaitu sifat malu, bahwa sifat malu adalah akhlaq yang paling agung dan mulia serta paling tinggi kedudukannya dan paling banyak manfaatnya bagi manusia, bahkan merupakan ciri khusus bagi eksistensi manusia. Sehigga barangsiapa yang tidak memiliki rasa malu, maka telah hilang eksistensii kemanusiaannya kecuali ia hanya seonggok daging yang teraliri darah.

8. Bahwa perintah – perintah Allah tidak pernah terlepas dari diri manusia sejak ia masih berbentuk janin dalam rahim seorang ibu sampai akhir hayatnya (ketika ia bertemu Rabbnya ).

Demikianlah antara lain keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Manusia diciptakan dengan banyak kelebihan , namun jika keliru mengambil jalan hidup, ia bisa mencapai derajat yang paling rendah ketimbang binatang sekalipun.

“Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang – orang yang lalai.” (Al A’raf (7):179).

Keistimewaan manusia ini penuh dengan konsekuensi yang menyertai misi keberadaannya di muka bumi ini. Selain dikaruniai banyak kelebihan dan keistimewaan , manusia juga dikaruniai banyak kelemahan yang merupakan sifat dasar manusia, kelemahan itu antara lain :

1. Tergesa – gesa (QS. Al Isra’ : 11, QS. Al Anbiya’ 21)

2. Lemah (QS. An Nissa’: 28)

3. Bodoh (QS.AL Ahzab : 72)

4. Suka membantah (QS. Al Kahfi: 54)

5. Kikir dan keluh kesah (QS. Al Ma’arij : 19, QS. Al Isra’ : 100)

6. Ingkar (QS. Al ‘Aadiyaat : 6, QS. Al Hajj : 66, Ibrahiim (14) : 34, Az Zukhruf (43) : 15

7. Putus Asa (QS. Haa Mim Assajdah : 49, QS. Al Isra’ : 83)

8. Berlebih – lebihan (QS. Yunus : 49)

9. Lalai (QS Al A’raf :179)

10. Susah payah (QS. Al Balad :4)

Tetapi apakah kemudian kita diam saja, memang kita sebagai makhluk mempunyai keterbatasan , Allah menyatakan kita bodoh ya karena memang ilmu Allah jauh lebih luas dari ilmu yang kita miliki. Tetapi tidak kemudian karena kita mengakui kebodohan itu, kita tidak mau berusaha untuk menjadii lebih pandai,dsb. Sifat - sifat buruk ini bisa saja dominan ketika kita memperturutkan hawa nafsu dan keinginan kita. Namun Apakah manusia memilih jalan kebaikan atau keburukan semua itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. QS Al Isra’ (17) : 36. Nha, makanya manusia dituntut untuk benar dalam menentukan pilihan kehidupan di dunia agar nanti di ‘sono’nya bisa memprtanggungjawabkan dengan baik di hadapan Allah.

UNTUK APA MANUSIA ITU …?

Sesungguhnya kehadiran manusia dimuka bumi ini tidak untuk main–main dan senda gurau, tetapi dengan suatu kepastian arah dan tujuan. Bahkan sebelum limpahan tugas dan tanggungjawab besar itu dibebankan kepada manusia telah ditawarkan kepada makhluk Allah yang lain. QS. Al Ahzab (33): 72. Tampak disini tugas manusia tidaklah ringan, terbukti tak satupun makhluk Allah yang berani memikulnya. Sedang tugas manusia itu sebenarnya adalah :

1. Tugas Ibadah

QS Adz Dzariyat (51) : 56. Ibadah adalah segala amal perbuatan yang diniatkan karena Allah dan unutk mendapat ridlo Allah semata. Sehingga amat pentinglah arti niat itu, sebagaimana Sabda Rosululloh SAW, Sesungguhnya sah tidaknya sebuah amal tergantung ada niat,…(HR, Bukhari – Muslim).

2. Tugas Khalifah

QS An Naml (72):62.Tugas Kekhalifahan ini berhubungan erat dengan tugas yang pertama, yakni ibadah kepda Allah secara total

Ma'rifatul Islam

Ketika Allah SWT menjadikan Islam sebagai jalan kehidupan bagi kaum muslimin, tentulah Allah sudah mengetahui akan berbagai hal yang akan dihadapi oleh manusia (baca; kaum muslimin) itu sendiri. Karena Islam menginginkan adanya penyelesaian dan kedamaian atas segala hal yang menimpa manusia dalam kehidupan mereka. Dan seperti itulah sesungguhnya profil al-Islam. Islam merupakan pegangan hidup manusia yang mampu mengantarkan mereka pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat, serta mampu mengentaskan segala problematika yang mereka hadapi.

Sejarah telah memperlihatkan kepada kita, betapa Islam mampu menjadi poros dunia yang memimpin serta menguasai peradaban dalam waktu yang relatif lama. Dan jika diperhatikan, kejayaan dan kemajuan Islam sangat identik dengan kekomitmenan mereka terhadap Islam. Demikian juga sebaliknya, ketika komitmen tersebut telah meluntur maka kejayaan Islampun mulai pudar, seiring pudarnya keimanan kaum muslimin. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya telah mengingatkan kepada kita:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِهِ

(وراه مالمك)

Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan pernah tersesat selagi masih berpegang teguh pada keduanya; yaitu kitabullah (al-Qur’an) dan sunah nabinya (al-Hadits).’ (HR. Imam Malik)

Kemunduran kaum muslimin juga merupakan bagian dari ‘kesesatan’ sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas. Karena dalam kondisi mundur, sangat mudah bagi musuh-musuh Islam untuk melancarkan berbagai hujaman kepada Islam, baik berbentuk politik, ekonomi, militer, pendidikan dan lain sebagainya, sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Kemudian kemunduran seperti inipun disebabkan karena mengendurnya komitmen kaum muslimin terhadap Islam. Untuk itulah, perlu kiranya bagi kita untuk mengkaji ulang tentang hakekat dinul Islam secara utuh dan menyeluruh agar kita dapat kembali meraih kejayaan yang telah hilang dari tangan kita.

Mengenal Islam

Dari segi bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.

الإسلام مصدر من أسلم يسلم إسلاما

Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ (السَّلْم) yang berarti damai.

Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)

وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian. Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”

2. Berasal dari kata ‘aslama’ (أَسْلَمَ) yang berarti menyerah.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini, Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125)

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun (اسْتَسْلَمَ - مُسْتَسْلِمُوْنَ): penyerahan total kepada Allah.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26)

بَلْ هُمُ الْيَوْمَ مُسْتَسْلِمُونَ

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (سَلِيْمٌ) yang berarti bersih dan suci.

Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):

إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)

إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.”

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia. Allah berfirman: (QS. 5 : 6)

مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

5. Berasal dari ‘salam’ (سَلاَمٌ) yang berarti selamat dan sejahtera.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)

قَالَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا

Berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Adapun dari segi istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

1. Islam sebagai wahyu ilahi (الوَحْيُ اْلإِلَهِي)

Mengenai hal ini, Allah berfirman QS. 53 : 3-4 :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى * إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW) (دِيْنُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ)

Membenarkan hal ini, firman Allah SWT (QS. 3 : 84)

قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri."

3. Sebagai pedoman hidup (مِنْهَاجُ الْحَيَاةِ)

Allah berfirman (QS. 45 : 20)

هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW

(أَحْكَامُ اللهِ فِيْ كِتَابِهِ وَسُنَّةُ رَسُوْلِهِ)

Allah berfirman (QS. 5 : 49-50)

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ * أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus. (الصِّرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ)

Allah berfirman (QS. 6 : 153)

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.(سَلاَمَةُ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ)

Allah berfirman (QS. 16 : 97)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Keuniverselan Islam

Islam merupakan pedoman hidup yang universal, yang mencakup segala aspek kehidupan manusia dalam semua dimensi waktu, tempat dan sisi kehidupan manusia.

1. Mencakup seluruh dimensi waktu

Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang diperuntukkan untuk umat manusia pada masa waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi dan rasul yang terdahulu. Namun Islam merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 21:107):

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh makhluk Allah di muka bumi ini sepanjang masa. Rasulullah SAW sendiripun diutus sebagai nabi dan rasul terakhir yang ada di muka bumi, yang menyempurnakan syariat nabi-nabi terdahulu. Allah berfirman (QS. 33 : 40)

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang lain yang akan menasakh (menghapus) syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat para nabi dan rasul yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad merupakan risalah abadi hingga akhir zaman.

2. Mencakup seluruh dimensi ruang

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak dibatasi oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku atau bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman (QS. 34 :28)

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak hanya diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun juga untuk orang Eropa, Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.

3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya agama yang mengatur peribadahan saja sebagaimana yang banyak difahami oleh kebanyakan manusia pada saat ini. Sesungguhnya Islam mencakup seluruh aspek dan dimensi kehidupan manusia, diantaranya adalah:

  1. Peribadahan

QS. 51 : 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

  1. Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ

“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak/ moral.”

(HR. Ahmad)

  1. Ekonomi

QS. 59 : 7

كَيْ لاَ يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ

“supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.“

  1. Politik

QS. 5 : 51

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

  1. Sosial

QS. 5 : 2

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.”

  1. Pendidikan

QS. 31 : 13

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لإِبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Karakteristik Islam

Sebagai agama terakhir yang sempurna, Islam memiliki karakteristik (baca; khasa’ish) yang membedakannya dengan agama-agama yang terdahulu. Diantara karakteristik Islam adalah:

Pertama : Robbaniyah (الربانية)

Karakter pertama dinul Islam, adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat robbaniyah, yaitu bahwa sumber ajaran Islam, pembuat syari’at dalam hukum (baca; perundang-undangan) dan manhajnya adalah Allah SWT, yang diwahyukan kepada Rasulullah SAW, baik melalui Al-Qur’an maupun sunnah. Allah SWT berfirman QS. 32 : 1-3:

الم * تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لاَ رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ * أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ*

Alif Laam Miim. Turunnya Al Qur'an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al Qur'an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.

Dengan karakteristik ini, Islam sangat berbeda dengan agama manapun yang ada di dunia pada saat ini. Karena semua agama selain Islam, adalah buatan manusia, atau paling tidak terdapat campur tangan manusia dalam pensyariatannya.

Kedua : Syumuliyah / universal (الشمولية)

Artinya bahwa karakteristik Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang universal yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Menyentuh segenap dimensi, seperti politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dsb. Mengatur manusia dari semenjak bangun tidur hingga tidur kembali. Merambah pada pensyariatan dari semenjak manusia dilahirkan dari perut ibu, hingga ia kembali ke perut bumi, dan demikian seterusnya. Perhatikan firman Allah QS. 2 : 208.

Imam Syahid Hasan Al-Banna mengemukakan:

“Islam adalah sistem yang syamil ‘menyeluruh’ mencakup semua aspek kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak lebih.”

Ketiga : Tawazun/ Seimbang (التوازن)

Karakter ketiga agama Islam adalah bahwa Islam merupakan agama yang tawazuntawazun ini Islam menginginkan tidak adanya ‘ketertindasan’ satu aspek lantaran ingin memenuhi atau memuaskan aspek lainnya, sebagaimana yang terdapat dalam agama lain. Seperti tidak menikah karena menjadi pemuka agamanya, atau meninggalkan dunia karena ingin mendapatkan akhirat. Konsep Islam adalah bahwa seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang mempu menunaikan seluruh haknya secara maksimal dan merata. Hak terhadap Allah, terhadap dirinya sendiri, terhadap istri dan anaknya, terhadap tetangganya dan demikian seterusnya. (seimbang). Artinya Islam memperhatikan aspek keseimbangan dalam segala hal; antara dunia dan akhirat, antara fisik manusia dengan akal dan hatinya serta antara spiritual dengan material, demikian seterusnya. Pada intinya dengan


Keempat : Insaniyah (الإنسانية)

Karakter yang keempat adalah bahwa Islam merupakan agama yang bersifat insaniyah. Artinnya bahwa Islam memang Allah jadikan pedoman hidup bagi manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan. Islam bukan agama yang disyariatkan untuk malaikat atau jin, sehingga manusia tidak kuasa atau tidak mampu untuk melaksanakannya. Oleh karenanya, Islam sangat menjaga aspek-aspek ‘kefitrahan manusia’, dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Sehingga dari sini, Islam tidak hanya agama yang seolah dikhususkan untuk para tokoh agamanya saja (baca ; ulama). Namun dalam Islam semua pemeluknya dapat melaksanakan Islam secara maksimal dan sempurna. Bahkan bisa jadi, orang awam akan lebih tinggi derajatnya di hadapan Allah dari pada seorang ahli agama. Karena dalam Islam yang menjadi standar adalah ketakwaannya kepada Allah.

Kelima : Al-Adalah / Keadilan (العدالة)

Karekteristik Islam berikutnya, bahwa Islam merupakan agama keadilan, yang memiliki konsep keadilan merata bagi seluruh umat manusia, termasuk bagi orang yang non muslim, bagi hewan, tumbuhan atau makhluk Allah yang lainnya. Keadilan merupakan inti dari ajaran Islam, apalagi jika itu menyangkut orang lain. Allah berfirman: (QS. 5 : 8)

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Berbuat adillah kalian, karena keadilan itu dapat lebih mendekatkan kalian pada ketaqwaan. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian kerjakan.”


Inilah beberapa karakteristik terpenting dari agama Islam. Di luar kelima karakteristik ini, sesungguhnya masih banyak karakteristik Islam lainnya. Kelima hal di atas hanyalah sebagai contoh saja.

Penutup

Inilah sekelumit informasi mengenai Al-Islam, yang tidak lain dan tidak bukan adalah agama yang benar-benar bersumber dari Allah SWT, yang tiada keraguan sedikitpun mengenai kebenarannya. Islam merupakan agama sempurna yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri.

Tiada jalan bagi kita semua melainkan hanya menjadikan Islam sebagai pegangan hidup dalam segala hal, dalam beribadah, bermuamalah, berpolitik, berekonomi, berpendidikan, bersosial dan lain sebagainya. Kebagahian merupakan hal yang insya Allah akan dipetik, oleh mereka-mereka yang memiliki komitmen untuk melaksanakan Islam secara kaffah, sebagaimana para pendahulu-pendahulu kita. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamab-Nya yang baik. Amiin.

Wallahu A’lam Bishowab.

Artikel Terbaru

Video Prompt Generator untuk Google Veo3

  Video Prompt Generator untuk Veo3 Powered by Gemini Ai 1. Pendahuluan Video Prompt Genarator ini  adalah sebuah aplikasi web interaktif ya...